International Mathematical Olympiad (IMO) ke-66 tahun 2025 diselenggarakan di Sunshine Coast, Queensland, Australia, dari tanggal 10 hingga 20 Juli 2025. Kompetisi utama berlangsung pada tanggal 15 dan 16 Juli. Acara ini sukses menyatukan para matematikawan muda terbaik dari 110 negara dalam suasana yang kompetitif namun penuh persahabatan. Tahun ini, China kembali menjuarai kompetisi, meraih semua emas (6/6) dan mengumpulkan 231 poin, unggul 15 poin dari USA yang menempati posisi kedua dengan 216 poin (5 emas dan 1 perak) Republik Korea, Jepang, Polandia, Israel, India, Singapura, dan Vietnam berada di peringkat selanjutnya; Vietnam mencetak total 188 poin dengan komposisi medali dua emas, tiga perak, dan satu perunggu, sehingga berada di peringkat kesembilan dari 113 negara. India tampil gemilang dengan prestasi 3 emas, 2 perak, 1 perunggu, menjadikannya peringkat ketujuh dan menandai kali kedua India memperoleh tiga emas setelah 1998..
Fakta menarik : Di sisi teknologi, tahun ini menjadi pertanda revolusi dalam kemampuan AI: Google DeepMind secara resmi mengikuti IMO dan meraih poin emas dengan menyelesaikan 5 dari 6 soal, model “Gemini Deep Think” bekerja dalam bahasa alami selama 4,5 jam dan hasilnya disertifikasi oleh panitia. Secara tidak resmi, OpenAI juga menguji model eksperimentalnya pada soal-soal yang sama dan mencapai skor emas 35 poin (5 dari 6 soal), meskipun bukan peserta resmi—hasilnya diverifikasi oleh beberapa pemegang medali IMO dan diumumkan oleh peneliti Alexander Wei. (Lihat pada : TULISAN INI)
Namun meskipun AI mampu menyamai skor puncak, 26 siswa justru mengungguli AI, terutama dalam Soal 6 yang sangat sulit (kekombinatorial dan hanya 6 peserta manusia yang menyelesaikannya penuh), menunjukkan bahwa kreativitas matematik manusia tetap unggul di area tersulit. IMO 2025 juga memperkenalkan AI Mathematical Olympiad Prize senilai $10 juta dan mengundang perusahaan AI dalam acara sampingan untuk mempresentasikan inovasi mereka kepada peserta, menghadirkan masa depan kolaborasi antara AI dan pelajar matematika muda.
Dalam gelaran IMO ke-66 di Sunshine Coast, Queensland (10–20 Juli 2025), Indonesia mengirim enam siswa terbaiknya yang berlaga dalam kompetisi global bergengsi ini. Tim Indonesia menempati peringkat ke-45 dari 110 negara peserta IMO 2025 dengan total skor 123 poin. Skor tim sebesar 123 meningkat sekitar 11 poin (4, 4%) dibanding IMO 2024 (112 poin, peringkat 22 dari 108 negara). Meskipun belum meraih medali emas atau perak, penambahan penghargaan Honorable Mention dan perolehan medali perunggu mencerminkan perkembangan positif. Rata-rata nilai (59.6%) berarti siswa Indonesia bisa menyelesaikan sebagian besar soal dengan matang — terutama soal P1, P2 dan P4 yang dieksplorasi dengan baik. Meskipun tidak memperoleh medali emas maupun perak, para siswa membanggakan pelbagai prestasi: empat medali perunggu diraih oleh Janssen Edyth Lim (SMAK Immanuel Pontianak), Raymond Christopher Tanto (SMAK Kalam Kudus Sukoharjo), Jesreel Hasiholan Sigalingging (SMAS Kristen 5 BPK Penabur Jakarta), dan Louis Wilson Gunawan (SMAS 1 Kristen BPK Penabur Jakarta), sedangkan dua siswa lainnya, yaitu Leonardo Valerian (SMA Darma Yudha Riau) dan Danica Odelia (SMAS Kristen BPK Penabur Gading Serpong), mendapatkan Honorable Mention.
Pada IMO 2025, soal geometri menjadi sorotan sebagai tantangan intelektual yang cukup berat. Salah satu yang menonjol adalah Soal 2, yang melibatkan idea siklis, refleksi, PoP, Radical, orthocenter, dan Incenter, serta berakhir pada klaim bahwa suatu garis tertentu bersifat tangent terhadap lingkaran yang berhubungan dengan segitiga BEF.
Hemat Kami, persepsi terhadap kesulitan masalah (atau karena saya memandang Geometry tahun ini begitu mudah dicerna): P2 < P5 < P1 < P4 < P3 < P6. Persepsi saya tentang kualitas masalah: P4 < P1 < P2 < P3 < P5 < P6. Tapi ini hanya menjadi sebuah catatan kami saja, tidak bermaksud bermain di wilayah yang tidak diharapkan.
Mari bermain .......
a
Komentar
Posting Komentar